Selasa, 10 Juni 2014

Jatuh Cinta Dalam Diam

Diposting oleh Annisa di 16.20 0 komentar
Sebenarnya, mengingat kisah ini pun aku tak sanggup. Bukan, bukan karna kau telah membuat hancur hatiku, tapi lebih kepada hatiku yang tak pernah bisa lepas dari belenggu bayang-bayangmu. Kamu adalah satu-satunya pria yang berhasil meyakinkanku kembali bahwa tak semua lelaki sama belangnya. Tapi aku tidak terlalu percaya lebih jauh dengan kata-katamu. Karna, bayangmu semu, ragamu hampa, tak dapat kusentuh dalam maya. Pun, aku baru mengenalmu tapi rasanya; aku telah mengenalmu bertahun-tahun. Semua hal yang pernah kita bincangkan ternyata tak serta-merta pergi dalam otakku. Mereka semua menari-nari kegirangan dalam lamunanku. Setiap kudengar perbincangan orang, yang kuingat hanyalah satu; kehangatan obrolan kita.

Perbincangan kita malam itu, tepat pukul setengah dua belas malam, cukup memberikan penjelasan bagiku. Penjelasan bahwa aku tak perlu mengharapkanmu kembali seperti dulu-dulu. Cukup bodoh tentunya aku mengharapkan seseorang yang bahkan jasadnya tak pernah kusentuh, wajahnya tak pernah nampak di depan kedua kelopak mataku. Tapi aku mengerti, itulah yang dinamakan; cinta. Arah perbincangan kita semakin jelas. Semakin ku tahu ada apa dibalik sana. Tapi aku tak menyerah, aku terus mengorek lebih dalam. Hingga akhirnya; aku terluka sendirian.

Kamis, 05 Juni 2014

Mungkin Karma Yang Sedang Berlaku Saat Ini

Diposting oleh Annisa di 07.20 0 komentar
Raja siang hari ini tak seberapa menampakkan kuasanya ketimbang hari kemarin. Entah ada apa tapi rasanya cuaca ini mewakili perasaanku; hampa. Entah apa yang menuntunku untuk melihat akun twittermu, bukan hanya  sekedar rasa penasaran tapi juga rasa ingin tahu yang mendalam. Satu persatu kubuka mentionmu dan ada satu username yang menarik perhatianku. Ku perhatikan lebih detail pemilik akun itu rasanya percakapan kalian berasal dari hati. Tapi aku tak menemukan itu padamu tapi padanya. Esoknya kubuka lagi akunnya yang sempat bersua denganmu, hatiku hancur seketika ketika ku lihat kata-kata itu didepan kelopak mataku; sayang. Aku tak menangis, aku tak membencimu, aku hanya marah. Marah ketika beberapa hari sebelumnya kau menelponku untuk memastikan isi hatiku. Kejujuranku sia-sia, pengharapanku musnah; aku menyerah. Ku relakan rasa maluku hilang didepanmu, didepan kewibawaanmu, tapi satu yang kutemukan; kau hanya mempermainkanku.

 

Annisa Okta's Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting