“Mulanya saya bahagia, namun kelamaan saya rasa ini bukan yang saya inginkan…”
Sepenggal cerita dari temannya teman saya menutup kepenatan di sore itu. Sekira dua minggu yang lalu, saya berjanji dengan teman lama saya semasa sekolah untuk jumpa di suatu tempat nongkrong yang tidak jauh dari kantor saya. Hari jumat adalah hari yang kami pilih untuk bertemu karena weekend adalah waktu bagi saya untuk beristirahat dari penatnya aktifitas bekerja di hari senin hingga jumat.
Sebut saja Wanda dan Mira, teman lama saya. Wanda yang bekerja sebagai guru di sebuah sekolah swasta telah terlebih dahulu sampai di cafe tempat kami janjian, disusul Mira yang bekerja disebuah instansi pemerintah seperti halnya dengan saya. Masing-masing dari kami kemudian memesan segelas kopi ditemani cemilan. Saya dan Wanda memesan kebab, sedangkan Mira memesan kentang goreng. Sembari menunggu pesanan kami tiba, Mira memulai percakapan dengan gaya santainya seperti biasa. Ia bertanya bagaimana pekerjaan saya, kehidupan saya. Maklum, setelah putus dengan mantan pacar saya, kehidupan saya lebih tertutup sekarang dan jarang bercerita apapun kepada mereka sehingga membuat mereka penasaran terhadap saya. Saya hanya bercerita seperlunya tentang pekerjaan saya. Kemudian Wanda nyeletuk “kok seperti teman saya ya yang bilang bahwa “Mulanya saya bahagia, namun kelamaan saya rasa ini bukan yang saya inginkan..” hmmm cerita kamu persis seperti cerita teman saya.”
Wanda bercerita bahwa Ia memiliki teman yang kehidupannya lebih baik dibandingkan kehidupannya. Temannya merupakan salah satu pegawai di instansi pemerintah. Sebut saja si A. A sering berkeluh kesah terhadap Wanda tentang betapa beratnya pekerjaannya. A merupakan seorang fresh graduate yang ketika lulus kemudian Ia mendaftar untuk menjadi pegawai negeri dan nasib mujur berpihak padanya. Ia lulus dengan nilai yang cukup baik, mengalahkan beberapa orang saingannya. Mulanya A merasa bahagia dan menganggap pekerjaannya merupakan suatu yang menyenangkan. Namun seiring berjalannya waktu, semua yang ada didalam angan-angannya hanyalah omong kosong belaka. Badai mulai menerpa dirinya terlebih lagi ketika terjadi pergantian pemimpin. Loyalitasnya mulai dipertanyakan dengan kalimat “kamu kan masih muda, belum menikah dan belum punya tanggungan. Bisalah kamu bantu-bantu lembur sampai sore dikantor.” A tetep kekeh dengan apa yang sudah menjadi pegangan hidupnya sedari dulu. Yakni, Ia tak ingin bekerja ngoyoh dan hanya ingin “ala kadarnya” yakni dengan menyelesaikan beban pekerjaannya secepatnya.
Badai tak hanya sampai disitu saja, akan tetapi juga menerpa A ketika Ia sedang melaksanakan pendidikan untuk menyelesaikan persyaratannya agar Ia dapat menjadi pegawai sepenuhnya. Ia merasa berbagai hal sangat dipersulit. Ia tak mengerti mengapa hal tersebut hanya menimpa dirinya, tidak dengan rekannya yang lain. Bahkan ketika Ia hanya meminta tandatangan untuk persetujuan saja, Ia sampai harus mengikuti pendidikan dikantor dengan membawa perangkat elektroniknya sendiri. A tetap melakukan kewajibannya hingga senja tiba dan Ia ditemani rekan kerjanya yang pulang pada pukul enam sore. Setiap hari selama pendidikan, A bercerita kepada Wanda bahwa Ia kerap menangis. Banyak hal yang membuatnya menangis, salah satunya karena beban pendidikan yang harus Ia selesaikan beserta tugas yang menumpuk di sore hari kala pemberian materi telah usai. Tak hanya sampai disitu, atasannya yang terlampau kaku mengharuskan Ia untuk datang ke kantor apabila A memiliki keperluan untuk berkoordinasi. Singkat cerita pendidikannya telah usai, Ia pikir badai yang menerpa sudah berakhir dan ternyata Ia salah. Justru, a big disaster is just begin.
Wanda begitu semangat menceritakan kehidupan temannya itu kepada saya dan Mira, sampai-sampai Mira tak diberi kesempatan untuk bercerita tentang kehidupannya. Saya sangat senang mendengarkan cerita Wanda karena dengan begitu, mereka tidak akan bertanya perihal kehidupan pribadi saya lagi yang tak ingin saya ceritakan detailnya. Namun saya penasaran dengan kelanjutan kalimat akhir penutup rangkaian cerita Wanda tentang "A" temannya itu yaitu "a big disaster is just begin" entah masalah apalagi yang didapatkan oleh A setelah Ia lulus dari pendidikan pegawainya itu.