Senin, 25 Agustus 2014

Ini Untuk Kamu...

Diposting oleh Annisa di 06.01 0 komentar
Entah sudah berapa lembar kertas yang kuhabiskan untuk mendeskripsikan dirimu. Entah sudah berapa banyak tinta yang habis untuk mengurai jejak hidupmu. Entah sudah berapa banyak cerita tentangmu yang telah aku tulis. Tapi, kamu tak pernah menyadari itu. Kamu asik dengan duniamu yang baru. Aku mulai menaruh harapan setelah beberapa hari mengenalmu. Bayang-bayangmu tak pernah mau hilang dari ingatanku. Wajahmu terlalu akrab didalam otakku. Semua berubah untuk beberapa saat waktu. Setelah itu kau pergi. Kau kadang datang ketika kau ingin lalu kau pergi lagi. Setelah itu kau datang lagi yang ku pikir akan membawa kabar bahagia. Nyatanya aku salah. Kau malah membawa kabar yang terlalu indah untuk hidupku. Lalu kau pergi lagi untuk sementara waktu. Pada masa itu, aku mulai berfikir “untuk apa aku marah pada orang yang ku sayang?” . Kita bertemu lagi dalam maya. Ku ungkapkan semua isi hati dan harapanku. Aku hanya berharap, semua akan berubah seperti saat pertama kita kenal. Nyatanya sirna. Tulisan-tulisan itu hanya pajangan untukmu. Tak ada respon baik darimu. Bodohnya aku selalu mengintil kehidupanmu. Menanyakan pada setiap orang yang mengenalmu. Apa kabarnya kamu pagi ini, dengan siapa kamu sekarang. Aku rela menunggumu. Menunggu hingga urusanmu selesai dengannya. Nyatanya yang kudapat hanya nol besar. Semuanya sia-sia. Kamu tau kenapa aku bisa sebodoh ini? Karna hanya kamu satu-satunya orang aneh yang pernah datang dan pergi ke dalam hidupku. Karna hanya kamu satu-satunya laki-laki yang seenak jidat menghubungiku. Kamu aneh, aku suka. Kamu gila, aku sayang. Tapi sekali lagi; aku terlalu bodoh.
Mungkin nanti, kau akan mengerti rasanya seperti ini. Pahit ketika kau masih mengharapkan seseorang dari kejauhan. Tak pernah direspon segala niat baikmu untuk menunjukkan sesuatu. Semua pasti berbalas. Entah hal jahat maupun baik. Entah indah maupun buruk. Cepat atau lambat kau akan tau siapa yang pernah membuntutimu sejauh ini. Dan suatu saat, kau akan mengerti rasanya kelelahan melihat seseorang yang kau harapkan malah merindukan orang lain dari kejauhan. Selamat, semoga kau bahagia.



Ini Untuk Kamu... Dwi! (yang nama lengkapnya terdiri dari 3 kalimat)

Minggu, 24 Agustus 2014

A Letter From A New Place

Diposting oleh Annisa di 01.48 0 komentar
Jogjakarta, 21 Agustus 2014

Mungkin, ketika kamu baca ini, aku sudah pergi jauh. Sejauh hatimu yang telah meninggalkanku sedari dulu..
Mungkin, ketika kamu melihat ini, aku sudah berada ditempat baru yang tak kamu ketahui...
Mungkin, ketika kamu memikirkan ini, aku sudah bahagia meninggalkan tempat lama yang sudah dari kejauhan ingin ku tinggalkan..

Sayang,

Masalalu kita cukup kelam dan berat
Banyak tanya yang tak bisa kau jawab dengan jujur dan pasti
Banyak kepalsuan menghantui hubungan kita
Banyak murka yang harusnya tak nampak

Darimu, aku belajar mencintai seorang laki-laki dengan banyak kekurangan sepertiku
Darimu, aku mengerti bahwa cinta tulus datangnya dari hati, bukan dari paras
Darimu, aku paham tak semua orang setia adanya

Sayang,

Sekali lagi aku bicara
Jangan pernah ada lagi cerita tentang kita, cerita-cerita masalalu kita
Cukup hadirkan hatimu padanya, jangan padaku
Pergilah dengan dia yang mencintaimu

Kamu yang memulai ini semua
Kamu yang lebih memilihnya daripada aku
Kamu yang membuat semua keputusan ini

Sayang,

Sadarlah                         
Suatu saat nanti aku yakin kau akan menyesal
Dan suatu saat nanti aku yakin kau akan mencariku
Tapi ingatlah, ketika kau menyesal, sudah tak ada bayangku lagi disana

Pasti kita sudah terpisah jauh. Sejauh bintang yang tak dapat kita tatap secara langsung

Menghitung Hari

Diposting oleh Annisa di 01.45 0 komentar
Denting jam kian semilir nadanya. Matahari pun cepat berganti bulan. Waktuku seperti tinggal hitungan mundur

Selamat Tinggal,

Semua kenangan akan pahit, manis, asamnya kehidupan besarku disini. Kota yang dijuluki BERIMAN.
Sejuta memori akan dirimu, dia, dan mereka akan selalu ku ingat. Pernah suatu ketika aku ingin menghapusnya. Tapi aku tahu, aku tak akan mampu. Sekeras apapun aku berusaha melupakan, bayang-bayang kalian akan tetap ada.

Kamu,

Terimakasih telah mengajarkanku banyak hal. Sebuah pelajaran mahal yang tak akan pernah kudapati dari orang lain. Bahwa kesetiaan itu tak mutlak milik semua orang. Bahwa tidak semua laki-laki menerima banyak kekurangan wanita. Dan terimakasih atas semua kenangan baik dan banyak kenangan buruk. Aku sangat menghargai semua pelajaran yang telah kau ajarkan padaku.

Dia,

Terimakasih pernah singgah dalam hidupku walau sebentar. Layaknya figuran ditengah opera sabun, ia memainkan peran klasiknya dengan sempurna. Yang awalnya berlaku seperti dewa, tapi lama-kelamaan terlihat sifat aslinya. Tapi terimakasih sekali lagi, karna ia pernah mewarnai hidupku dengan tinta merahnya. Dan juga memberi sedikit banyak pelajaran. Hidupku mungkin tak akan pernah lengkap tanpa kehadirannya. Sosok yang aneh, awalnya dewasa, katanya setia, ternyata.... ah! Yang penting ia pernah hadir sebagai figuran yang ada didalam hidupku. Dan sebenarnya, aku ingin ia tak hanya sekedar menjadi figuran, tapi juga pemeran utama walaupun mungkin tak akan menyelesaikan akhir opera ini..

Mereka,

Terimakasih pada kalian, sahabat-sahabatku. SD, SMP, SMA, tak akan pernah mungkin menjadi pelangi tanpa kalian. Kalian membuat indah hari-hariku. Tak cukup satu terimakasih untuk kalian, mungkin sepuluh ribu terimakasih barulah dirasa cukup untuk kalian yang pernah berusaha mati-matian meluangkan waktu hanya untukku. Kalian selalu ada, kalian indah. Kalian memberikanku banyak makna. Sakit hati, tangisan, canda, tawa, semua pernah kita lalui. Hidupku tak akan sempurna jika tak bertemu kalian. Goresan-goresan indah itu akan selalu terpatri didalam hatiku.

Selamat Datang,

Sebuah lembaran baru. Sebuah cerita yang akan kutulis didalam buku baru ini. Kota yang dijuluki KOTA PELAJAR. Sebuah kehidupan baru yang insyaAllah akan ku torehkan dikota ini. Walaupun hanya berbatas lautan, namun, jarak kedua kota ini sangatlah jauh. Sejauh pemikiranku. Mungkin, akan lama aku tak kembali. Namun bisa jadi, aku akan cepat kembali..

BIG THANKS TO:

Kamu, Dia, Dan seluruh sahabat-sahabatku di SDN 015, SMPN 8, Serta SMAN 4 BALIKPAPAN.

Senin, 11 Agustus 2014

Kenangan Manis

Diposting oleh Annisa di 07.23 0 komentar
Teringat disuatu masa
Kau mendekap, membahagiakan aku...
Dalam asa kau berharap
Dalam bayang kau bermimpi, kisah cinta yang abadi...

Ditempat ini aku masih mengingat..
Mengingat semua yang kau beri
Canda, tawa, suka, duka...
Ingin ku mengulang, tapi tak sampai
Ingin ku kembali, tapi takkan mampu..

Disudut itu aku masih mengingatmu
Didalam lirik lagu ini, aku masih menangisi kepergianmu..
Semua masih tersimpan dalam arsip hatiku
Banyak harap dan bayang yang masih menantimu
Kembali Untukku...


6 Agustus 2010 - Just To Remember Someone Outside There..

Jumat, 08 Agustus 2014

Bertatap Masalalu

Diposting oleh Annisa di 01.18 0 komentar
Balikpapan, 27 Juli 2014. Sekitar pukul 21.00 wita...

Ya, aku masih mengingat itu semua. Mengingat malam ini, dan malam-malam sebelumnya. Mengingat ucapan ini, dan mengingat ucapan-ucapanmu sebelumnya.
Malam ini, kau ulang lagi ucapan yang tak ingin lagi kudengar dari bibir tebalmu. Dinginnya malam rasanya tak menyurutkan rasa malumu untuk mengucapkan permintaan itu sekali lagi. Aku tak akan percaya lagi pada apa yang kau ucap. Semua palsu. Kamu hanya sedang ada konflik dengan pacar barumu dan ingin membuat pelarian denganku.

Pernah suatu ketika, aku memikirkan ucapanmu. Ucapan yang katanya ingin “balik” seperti dulu. Aku pikir, ucapan itu pantas untuk dipercaya mengingat bahasa kalbumu yang sedemikian rupa. Aku memikirkan ucapanmu malam itu. Ku pikir akan ada kesempatan seperti kesempatan-kesempatan yang sudah seribu kali kuberi padamu. Dan ternyata aku salah.

Tuhan baik padaku. Ia menunjukkan jalan-Nya padaku. Memang, tak seharusnya orang baik berjodoh dengan orang jahat. Aku pikir, kamu memang telah berubah. Aku pikir, kamu layak mendapatkan kesempatan yang sama seperti kemarin-kemarin. Aku pikir, akan ada jalan. Tapi itu semua hanyalah “AKU PIKIR” bukan kita pikir.

Mengulang kejadian itu, malam itu juga, aku tak pernah lagi mempercayai kata-katamu. Kata-kata yang ingin “balik” tapi tidak ada usaha sama sekali. Kamu mendalang tentang pacar barumu. Seolah aku hanya bisa menonton cerita yang sedang kamu dalangi. Lagi-lagi cerita klasik kau umbar. Kau berkata bahwa mamanya terlalu baik padamu sehingga kau tak kuasa memutuskan hubungan dengannya. Dulu, aku pernah mendengar cerita klasik itu sekali. Apa benar cerita itu? Akupun tak lantas begitu saja percaya seperti omongan-omonganmu sebelumnya. Semua cerita-cerita itu, hanya kamu dan Tuhan yang tahu kebenarannya.
Kamu ucapkan sekali lagi kata-kata “balik” itu. Kamu buat perjanjian sendiri. Kamu ingin aku menunggumu putus dari pacarmu, dan melihat perubahanmu dalam jangka waktu tertentu. Apa kurang aku menunggumu putus dari pacarmu yang dulu? Apa kurang aku menunggumu keluar dari pendidikan konyol yang hasilnya juga nothing? Apa kurang semua itu? Kamu sungguh bukan manusia yang pandai bersyukur.

Aku memang tidak memiliki kelebihan paras dibanding mantan-mantanmu yang lain. Aku tak sehebat mereka yang bisa menari, pandai akting, dan jago dalam akademik. Tapi aku tahu aku punya bakat lain yang mungkin mereka tak punya. Kamu manusia biasa yang mencari kesempurnaan dalam diri seorang wanita. Kamu tak menyadari, banyak yang kurang dalam dirimu. Kamu buat saja wanita sempurna dan kamu nikahi dia.
Aku tahu, kamu hanya mencintai satu orang wanita yang pernah hadir dalam hidupmu. Wanita yang tak pernah ingin kau lepas, bahkan ketika kau bersamaku. Terlihat dari benakmu yang tak pernah bisa melepas ingatan lekat akan bayangnya. Ia yang sudah bersamamu dari SMA, ia yang sudah menemani hari-harimu sepanjang satu tahun sembilan bulan, dan ia yang sudah rela memberikan segalanya bagimu tapi kau pergi begitu saja. Masih kurang?

Biarkanlah kami bahagia dengan cara kami sendiri. Jangan pernah ada lagi topik tentang “masalalu”. Berteman? Boleh. Tapi hanya kamu yang anggap itu, tidak denganku. Bagiku, mantan adalah mantan. Tidak ada mantan menjadi teman untuk sebuah alasan yang tak rasional. Jangan pernah mengunggah ingatan masalalu didalam otakku. Jangan pernah mengucap kata “balik” untuk suatu hal yang tak pasti. Jangan pernah hadir lagi jika hanya ingin menggurat luka.


Waiting again and again? Lakukanlah sendiri. Apakah enak rasanya? Kamu tahu sendiri  suatu saat nanti.

Rabu, 06 Agustus 2014

Sang Pecandu Rindu

Diposting oleh Annisa di 23.41 0 komentar
Kau pandai melukis indah, kau pandai menggambar tawa, sampai-sampai kau pandai melukis luka. Tak bisakah bayangmu ku tatap walau sekejap?

Suara indah dari seberang sana, masih dapat kurasakan. Hangatnya, riuhnya, renyahnya. Andai dapat ku sentuh, kan ku bungkam mulut comelnya. Bayang-bayang wajahnya masih dapat kulihat dalam nyata. Entah bagaimana bisa aku mengingatnya kembali. Mengingat ia yang pernah membuat luka, yang pernah memecah keheningan malam, yang pernah menenangkan hati yang sedang bergulat dengan perasaan. Candaannya yang garing seolah menggurat kembali sebongkah kisah lama yang tak perlu dibuka.
Untuk pertama kali setelah sekian lama, ia kembali menelponku. Memberikan ucapan selamat perayaan. Entah tiba-tiba tanganku gemetar, jantungku berdetak kencang kala telpon itu ku angkat. Aku tak tahu mengapa perasaanku masih tetap ada padahal, aku sudah memperingatkan diriku sendiri untuk tidak lagi jatuh terlalu dalam padanya. Setelah peristiwa itu, aku yakin aku mampu untuk melupakannya. Tapi, bayangnya tetap saja tak mau pergi dari pikiranku. Merindunya seolah menjadi makananku sehari-hari. Aku mulai candu untuk memikirkannya lagi. Tapi, aku tak mau menyerah untuk begitu saja merindukan seseorang yang bahkan tak pernah memperhatikanku dari kejauhan. Aku tetap berusaha berhenti dan berlari. Namun sekali lagi; usahaku gagal.
Aku mencoba membuka lembaran baru dari bekas buku yang pernah ia tulis. Tapi rasanya, aku tak akan pernah menemukan penulis yang sama sepertinya. Penulis yang kerjaannya meyakinkan orang lain bahwa ia adalah sosok yang beda dari kebanyakan pria. Ia dewasa, baik, sopan, dan setia. Tapi, lama kelamaan, kedok mengenai “Siapa Ia Sebenarnya” mulai terkuak. Ia bukanlah “Ia” yang sebenarnya. Ia hanyalah kebalikan dari sosok yang pernah ia ceritakan. Entah apa aku yang terlalu bodoh sampai-sampai pada saat itu, aku tak ingin berhenti mencintainya. Mencintai laki-laki yang jelas-jelas sudah meninggalkanku dan mencintai orang lain. Aku masih saja menunggunya. Menunggu kepastian waktu agar Tuhan mampu menyatukan kami. Tapi, waktu itu tak kunjung datang. Apa yang kuharap tak kunjung terlihat. Aku mulai takut, takut akan kehilangan perasaan yang teramat mendalam padanya. Dan kini yang ku takutkan mulai muncul. Perasaanku tak se-mendalam dulu padanya. Dan hari ini, rasanya pun aku sudah mati rasa. Tak ada lagi perasaan yang sangat dalam itu padanya...


P.S: Bolehkah kita bertemu suatu saat nanti? Hanya ingin memastikan parasmu nyata dan tak hanya tampak dalam maya..

Kita Vs Mereka

Diposting oleh Annisa di 23.21 0 komentar
Senja menutup hari minggu yang menjadi hari terakhir libur puasa ini. Tak terasa esok aku kembali bertemu “teman-teman”yang “baik” itu. Aku merasa Tuhan tak adil kali ini. Ia memberiku sebuah “neraka” kali ini dan aku tak tahu akan sampai kapan dapat bertahan di “neraka” yang menggema panasnya. Ku rapikan buku pelajaran untuk jadwal esok pagi. Aku merenung sesaat. Mengingat ketika masa-masa kelas 1 SMA kulalui dengan indah bersama sahabat. Canda, tawa, sesaat aku tertawa kecil mengingat itu. Tapi, tawaku harus terhenti ketika aku mengingat masa ini. Masa terakhir di SMA dan masa suram “teman-teman baik”
Jam dinding berbentuk kepala doraemon sudah cukup jelas menampakkan pukul setengah enam pagi, itu tandanya mataku harus menyudahi tidur panjangnya dan kakiku harus melangkah menuju kamar mandi yang letaknya sangat jauh dari kamar tidurku. Perjalanan ke sekolah pagi ini tak terasa mengasikkan bagiku, karna aku telah membayangkan bagaimana serangai mereka di kelas dan bagaimana hidupku akan berjalan. Tak terasa langkah kakiku telah membawaku ke kelas baru dan dihadapan teman baru yang sebenarnya tak patut dianggap teman baru. Namanya Dias. Kami sebenarnya sudah saling kenal dari kelas satu tapi baru kali ini kami sekelas. Kami juga sering dibilang anak kembar karna wajah kami yang kata orang mirip.
“Liburan kemana Dis?” Tanya Dias
“Gua mah dirumah aja Di. Elu kemana?” Kataku balik bertanya
“Sama aja sama gue. Nih si endut lala abis dari Jogja nih” Kata Dias sambil menunjuk-nunjuk Lala yang badannya memang agak bongsor
“Lah kenapa gue lagi yang dibawa-bawa? Error banget lu” Ejek Lala ke Dias
“Sudah sudah. Daripada ribut, mending kita ke lapangan yuk udah mau mulai tuh upacaranya” Ajakku. Mereka berdua kemudian menganggukkan kepala mereka dan mengikutiku dari belakang.

Awal semester yang ku bayangkan akan berlalu dengan indah, agaknya bisa jadi kenyataan. Tapi, seolah bayangan itu sirna ketika aku masuk selepas upacara dan mendapati Kristan-seorang teman laki-lakiku yang kebetulan pernah sekelas dikelas dua- duduk tepat dibelakangku. Rasanya muak bercampur kesal karna kutahu agaknya bacot Kristan besar sekali.
“Eh lu ngapain duduk didepan gua?” Tanya Kristan dengan nada nyolot
“Suka-suka gua kali. Lu pikir ni sekolah punya bapak lu jadi gue gak boleh duduk disini” Jawabku agak kasar
“Yaelah, santai aja kali. Lebaran gua kerumah lu ye, sediain makanan”
“Gua gak open house buat cowok macam elu”

---

Udara pagi ini sangat sejuk, sesejuk hatiku yang mulai dekat dengan Kristan. Awalnya kami tak dekat walaupun kami pernah sekelas saat kelas 2 SMA. Saat itu kami bagaikan orang asing ditengah lautan manusia. Hanya beberapa laki-laki saja yang berteman denganku saat itu. Dan tidak dengannya. Entah ada apa, tapi rasanya aku malas berteman dengannya apalagi bertegur sapa. Jadilah kami merasa bahwa kami tak pernah mengenal satu sama lain. Tapi sekarang, agaknya pepatah yang mengatakan “Tak kenal maka tak sayang” sudah mulai menghampiri hidup kami. Awalnya hanya bercanda, kemudian mulai dekat dan menyukai satu sama lain.
 

Annisa Okta's Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting