Senin, 07 Juli 2014

Kebetulan Pada Cinta Pertama

Diposting oleh Annisa di 03.01 0 komentar
Titip salam rindu untuk laki-laki yang jauh terpisah pulau disana. Yang tinggi, manis, serta pandai bermain drum...

Beberapa hari kemarin, tepatnya puasa hari kedua, kita bersua setelah sekian lama aku tak pernah berbicara denganmu. Setelah komunikasi terakhir yang isinya hanya ingin jauh dan berpisah. Pesan singkat darimu yang tiba-tiba masuk, lantas mengejutkanku dari lamunan panjang ingatan masalalu. Seketika, ingatanku kembali kepada memori masa-masa bahagia kita dahulu. Otakku membawa kembali kenangan pada saat kamu mengantarku kembali dari sekolah favorit yang ingin aku masuki selepas SMP. Dijalan pulang, kita menemukan seseorang yang tiba-tiba terjatuh dari motornya. Dengan sigap kamu turun dari motor dan menolong orang itu; you’re my hero. Tak berhenti selepas kejadian itu, aku memujimu. Memuji orang yang amat sangat kusayang.

Dengan berusaha menyapu kepingan ingatan masalalu yang tiba-tiba muncul, aku membalas pesanmu. Pesan yang kupikir kamu akan bertanya “Maaf, ini siapa ya?” dan ternyata itu tak benar. Kau menyapaku penuh hangat. Masih sehangat obrolan kita semasa kita bahagia berdua, dulu. Awalnya, hanya sekedar sapaan akan tetapi lama kelamaan, sapaan itu berubah obrolan yang mengarah pada masalalu. Rindu itu masih terpancar dari bahasa pesanmu. Aku tak tahu, apakah aku hanya geer atau pemikiranku itu benar. Tapi satu yang pasti; aku merindukanmu malam itu. Semalaman kita menghabiskan waktu memutar lagi kenangan yang harusnya tak pernah kita tonton lagi bersama. Kenangan itu membuatku memecah keheningan malam dengan tertawa renyahku. Hingga hari ini pun, aku masih belum bisa melupakanmu. Kamu yang menghujaniku dengan rasa sayang yang tak palsu, dan kamu satu-satunya yang memberikan sesuatu yang sangat amat aku sukai; puisi.
Berminggu-minggu kemudian, kita tak pernah lagi berbincang. Mengobrol berdua denganmu adalah yang paling kurindukan setelah 4 tahun lamanya kita tak pernah lagi berdua. Memandang desir ombak di laut untuk terakhir kalinya sebelum kau pergi jauh, berteman sms menonton acara tv kegemaran berdua yang tayangnya tengah malam, serta menemanimu menonton piala dunia 2010. Ah! Sungguh jika bisa mengulang, aku ingin sekali mengulang masa-masa itu.

Selasa, 01 Juli 2014

Rindu Pada Sepotong Malam

Diposting oleh Annisa di 01.56 0 komentar
Langit malam tak berbintang kala itu menjadi saksi bisu bersatu padunya gaya obrolan kita. Kita, ya, kita yang telah lama terpisah lautan dan tak pernah bersua. Malam itu, entah apa yang membuatku menyentuh sebuah buku lama yang tak pernah lagi ku sentuh semenjak kelas dua SMA. Ku buka lembar demi lembar kenangan itu, dan kutemukan namamu dengan beberapa nomor dan huruf; pin bbm. Ku beranikan diri meng-invite mu dan berharap pin itu belum perpindah tangan pada orang lain. Apa yang ku bayangkan ternyata menjadi kenyataan. Ya, itu kamu. Kamu yang selama dua tahun ku rindukan, dan bayangmu yang selama dua tahun tak pernah tergantikan.

Malam itu, kita asik mendendangkan cerita satu sama lain. Hal yang sama sekali tak pernah ku duga terdengar dari balik cerita manismu. Ternyata, selama dua tahun, apa yang aku pendam pun kau pendam. Aku tak pernah terpikir bahwa hidup ternyata memiliki cerita lucu seperti itu. Ku pikir, rinduku hanya bertepuk sebelah tangan. Pahit, manisnya hidupku setelah denganmu malam itu ku dendangkan pula. Tapi, banyak yang tak kau tahu apa yang terjadi setelah dua tahun itu. Aku banyak menemui pria dengan tipe yang berbeda-beda, namun mereka nyaris serupa. Tapi, tetap tak ada yang sama sepertimu. Aku pernah mencobanya dengan pria yang seiman, tapi aku tak bisa menyayanginya sama seperti aku menyayangimu; Aku menyerah. Lalu, ada sosok yang kau kenal datang menghampiri hidupku. Aku bisa menyayanginya sama seperti aku menyayangimu tapi, ia memang tak pantas untuk mendapatkan itu semua. Dan sekali lagi, sebongkah kerinduan dan pengharapan selama dua tahun, terbayar sudah.

Bagaimana bisa, apa yang aku pikir tak pernah terjadi, lantas itu semua terjadi? Bagaimana mungkin, segala hal yang ku bayangkan, dan itu semua menjadi kenyataan?
Kadang Tuhan pun tertawa melihat tingkah pola kita yang saling merindu namun tak pernah ada yang tahu. Sepotong rindu akan tawamu, ku sisipkan malam itu.
Kini, kita telah saling bahagia dengan hidup kita masing-masing. Tak ada pengharapan yang pasti, namun satu keinginan; kelak kita bisa bertemu dan saling membisikkan doa terbaik bagi masing-masing. Dan semoga, apa yang kita pilih itulah yang menuntun kita pada suatu kebaikan dan kebahagiaan yang pasti..

♬ ”Tetes air mata, basahi pipiku disaat kita kan berpisah..
Terucapkan janji, padamu kasihku takkan ku lupakan dirimu
Begitu beratnya kau lepas diriku, sebut namaku jika kau rindukan aku
Aku akan datang...”

Aku mulai menyukai lagi lagu itu, setelah sekian lama aku membencinya :)
 

Annisa Okta's Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting