Senin, 11 Desember 2017

Laki-laki Terkokoh Sepanjang Masa

Diposting oleh Annisa di 09.08 0 komentar
Laki-laki yang tak lagi muda itu, saat ini telah pergi untuk selama-lamanya. Pria baik yang menanyakan darimana aku berasal sampai bisa menebak pekerjaan ayahku. Rasanya baru kemarin aku berbincang dengannya, pria baik itu saat ini telah tiada. 

Ini bukanlah kisahku, melainkan kisah seorang teman yang baru saja ditinggal oleh ayahnya. Sosok ayah yang baik yang pernah aku kenal walaupun aku baru mengenalnya sehari. Aku masih ingat betul kala itu, kami sedang membuat sate dengan daging hasil pembagian qurban. Bersamanya, aku seperti canggung. Namun perlahan, Ia memulai percakapan dengan bertanya darimana asalku sehingga dapat menebak apa pekerjaan ayahku. Mungkin kami tidak banyak bertukar cerita akan tetapi, sosok khasnya mengingatkanku dengan ayahku yang jauh diseberang Pulau sana. Sifat khasnya hingga raut wajahnya hampir mirip 80% hingga membuatku ingin menangis karna menahan rindu yang teramat sakit kepada ayahku. Aku hanya mengenalnya sebatas sehari, tapi rasanya aku seperti telah mengenalnya selama berpuluh-puluh hari bahkan melebihi anaknya sendiri.

Ayah,
adalah sosok pahlawan pertama bagi putrinya. Seketika aku teringat akan masa kecilku yang indah bersama ayah. Berlarian bersamanya di suatu taman dekat tempat kerjanya, berenang bersama di suatu tempat di Magelang, pergi ke departement store di dekat rumah hanya untuk bermain eskalator.. di hari liburnya, ia selalu menyempatkan diri berjalan-jalan denganku menggunakan vespa antik kesayangannya yang katanya Ia beli dengan hasil gajinya yang tak seberapa kala itu. Ia selalu mengajakku pergi kemanapun aku ingin sebagai tebusan dosa-dosanya karena tidak dapat menemaniku bermain di hari biasa. Rasanya baru kemarin aku berlarian dengannya dan rasanya baru beberapa hari yang lalu Ia menggendongku ketika aku kelelahan berjalan. Namun kini, nyatanya kami telah berpisah beberapa ribu kilometer jauhnya hanya agar Ia dapat melihatku bahagia dengan pilihanku kini.

Lama tak terdengar kabar mereka, aku dikejutkan dengan kabar duka. Sosok panutan seorang temanku itu, kini telah tiada untuk selamanya. Terlalu kaget aku hingga membuat kakiku gemetar. Rasanya baru kemarin aku berbincang dengannya, mengapa kini Ia telah tiada? Aku bergegas pergi menuju rumah seorang teman itu. Sesampainya disana aku menjabat tangannya penuh bela sungkawa seraya menahan sesak dengan kaki bergemetar. Tak terlihat bulir air matanya, pun tak terlalu merah matanya. Aku salut dengan ketegaran hatinya yang dapat mengikhlaskan sosok super hero kebanggannya pergi untuk waktu yang sangat teramat lama. Aku takkan sanggup bertahan jika berada di posisinya, setidaknya, aku akan menangisi ayahku untuk waktu yang lama. Aku teringat dengan obrolan singkat kami, seorang teman itu berkata "Semua yang hidup kan pasti akan kembali, entah dengan cara apapun itu.." mungkin, karena kata-kata itulah yang dapat menjadikannya tegar saat ini.

Laki-laki itu meninggalkan satu orang cucu perempuan yang sangat teramat lucu dan cantik. Aku jadi teringat dengan seorang gadis kecil pada 18 tahun yang lalu di Magelang. Mungkin saat itu usianya sekitar 4 tahun. Ia harus melihat kakek yang Ia sayangi berpulang untuk selamanya di depan matanya. Namun saat itu Ia tak tahu apa-apa. Yang Ia tahu hanya bermain dengan kerabat dan sanak saudara yang lain. Tanpa perasaan bersedih, Ia berlari-lari melewati jenazah kakeknya yang Ia tahu kakeknya hanya tidur untuk sementara waktu sedangkan Ia melihat neneknya sedang menangis hingga sesak napasnya, menangisi pasangan hidupnya yang akan pergi dan takkan kembali. Gadis kecil yang tak tahu apa-apa itu datang mendekati neneknya dan berkelakar "Mbah... jangan nangis lagi, mbah kakung kan cuma tidur aja" dengan aksen dan bahasa jawanya yang kental saat itu.

Apa yang hidup, pastinya akan kembali pada yang Maha menghidupkannya. Entah dengan cara seperti apa. Namun, yang harus dipahami adalah bagaimana cara kita mengikhlaskan kepergian tanpa pulang itu. Seorang teman itu mengajarkanku suatu pelajaran yang berharga bahwa semua, cepat atau lambat, tua maupun muda, pasti akan kembali pada-Nya dan kita harus selalu ikhlas setiap saat karna ini semua hanya titipan. Entah bagaimana cara meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukanlah mimpi sesaat sehingga dapat membuat dirinya lega dan tegar menerima ini semua. Aku, entah bagaimana pun itu, entah dengan apapun itu, pastinya takkan sanggup bertahan sepertinya. Sekali lagi, aku sangat mengapresiasi keteguhan hatinya itu, seorang temanku yang baru ku kenal beberapa bulan yang lalu di suatu tempat yang menyatukan perbedaan kami.


Ditulis dengan penuh ucapan belasungkawa yang teramat dalam...


Annisa
 

Annisa Okta's Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting